Puskesmas Paguat
Kepuasan Anda Adalah Tujuan Kami.
HUT Kab. Pohuwato
Ulang Tahun Pohuwato Yang Ke-8.
Tindakan Kedarurtan
Salah Satu Pelayanan Di Puskesmas Paguat.
Fogging
Pemberantasan Vector Malaria dan Demam Berdarah.
Puskesmas Paguat
Kepuasan Anda Adalah Tujuan Kami.
Puskesmas Paguat
Penyuluhan Kesehatan Gigi Di Sekolah
Puskesmas Paguat
Penyuluhan Kesehatan PHBS Di Sekolah
Puskesmas Paguat
Penyuluhan Narkoba Di Sekolah
Minggu, 19 Mei 2013
Ancaman Penyakit Diabetes Pada Wanita
Diabetes meskipun lebih sering terjadi pada pria, tetapi bisa juga
dialami oleh wanita. Sebenarnya gejala penyakit diabetes pada pria &
wanita sama saja, yaitu meliputi mudah lelah & mengantuk, banyak
minum, sering berkemih dll. Tetapi ada satu gejala khusus yang dialami
oleh wanita yaitu keputihan berulang. Bila mengalami keputihan berulang,
maka bisa dicurigai kearah diabetes. Keputihan berulang ini bisa
mengakibatkan timbulnya infeksi saluran kemih yang berulang & bisa
berakibat buruk untuk ginjal. Demikian hal tersebut terungkap pada acara
press release tentang kongres regional ASEAN Federation of Endocrine Societies (AFES) yang ke 17 di Jakarta, yang berlangsung pada hari Senin, 13 Mei 2013 kemarin.
Pembicara & moderator pada acara press release tentang kongres regional ASEAN Federation of Endocrine Societies (AFES) yang ke 17 di Jakarta
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, dr.Dyah Purnamasari, SpPD
yang menjabarkan tentang diabetes pada wanita mengemukakan, “Masalah DM
pada wanita semakin meningkat. Meski masih dalam rentang usia reproduksi
(belum menopause), wanita bisa berisiko sama dengan laki-laki untuk
mengalami gangguan risiko penyakit jantung seperti diabetes, hipertensi,
dislipidemia, bila memiliki gaya hidup kurang baik yang ditandai dengan
kelebihan berat badan dan lingkar perut yang bertambah (obesitas
sentral). Hormon wanita yang merupakan pelindung bagi wanita pre
menopause dari gangguan penyakit jantung dan pembuluh darah, tidak akan
bisa berfungsi melindungi bila wanita tersebut memiliki obesitas.”
“Pada fase kehamilan”, ia melanjutkan, “Dokter harus dengan jeli
memeriksa diabetes yang dialami pasien, apakah pasien memang penderita
diabetes atau hanya mengalami diabetes pada saat kehamilan yang biasa
disebut diabetes gestasional. Jika memang merupakan penderita diabetes
sejak awal, maka pada saat kehamilannya, obat oral yang diberikan
sebaiknya dikonversikan dengan insulin. Pada kasus diabetes gestasional,
maka dokter akan memberikan terapi nutrisi medik selama awal kehamilan,
yaitu sekitar 2-4 minggu. Jika tidak mencapai target kendali gula
darah, maka akan diberikan suntik insulin yang akan dihentikan setelah
proses melahirkan. Biasanya kasus diabetes gestasional akan berulang
pada kehamilan berikutnya mengingat bertambahnya usia ibu. Wanita hamil
dengan diabetes harus melakukan kendali diabetesnya supaya tidak terjadi
kelahiran bayi dengan berat badan berlebih (giant baby).”
“Pada saat proses kelahiran, dokter harus berhati-hati dalam
memutuskan cara lahir normal atau operasi caesar. Penting untuk
diperhatikan apakah terdapat komorbiditas diabetes, yaitu hipertensi,
kadar kolesterol yang tinggi dan sindrom metaboliklannya. Dianjurkan
untuk melahirkan dengan pengawasan dokter ahli. Apabila harus dilakukan
operasi, maka harus dilakukan kontrol terhadap luka pasca operasi. Tidak
akan menjadi masalah apabila luka bersih, tekanan darah terkontrol
dengan baik dan nutrisi yang dikonsumsi juga baik”, tambahnya.
“Selanjutnya, kontrol dan edukasi juga harus dilakukan dengan
seksama oleh dokter kepada pasien ketika bayi sudah dilahirkan. Evaluasi
kesehatan bayi bisa dilakukan melalui proses rawat bersama dokter
kebidanan, dokter anak dan dokter penyakit dalam. Pada kasus bayi dengan
ibu penyandang diabetes, memang terdapat risiko bayi akan menderita
obesitas namun dengan edukasi dan kontrol yang baik, seperti memberikan
ASI eksklusif, mengatur nutrisi bayi, membiasakan bayi aktif dan diberi
makanan sehat, masalah obesitas dapat dihindari,” ujarnya.
“Wanita diabetes juga harus berhati-hati agar tidak terjangkit
infeksi, seperti infeksi saluran kemih. Menjaga kebersihan daerah intim
merupakan salah satu hal yang penting dilakukan. Pada fase kehamilan
infeksi ini dapat mengakibatkan kontraksi sebelum waktunya” ditekankan
dr.Dyah.
Wanita dengan diabetes dalam melakukan aktivitas sehari-hari sangat
dianjurkan untuk melakukan kontrol gula darah secara rutin, check up
secara teratur, mengaplikasikan pola hidup sehat serta tetap aktif dan
percaya diri. Dalam kaitannya dengan beberapa fase kehidupan wanita,
seperti menstruasi, kehamilan, menyusui serta menopause, mereka harus
mewaspadai beberapa hal serta selalu melakukan konsultasi dengan dokter.
Berdasarkan data Riskesdas 2007, diabetes pada wanita menempati urutan
pertama penyebab kematian yaitu sebesar 16,3% dan pada pria menempati
urutan keenam sebesar 6%.
“Di Indonesia,” kata Dr.Imam, “Masalah keterlambatan diagnosis
diabetes masih kerap kita temui di lapangan. Di samping itu, jumlah
tenaga ahli endokrin kita yang sangat kurang dibandingkan dengan
populasi penderita diabetes di Indonesia. Riskesdas 2007 mencatat
sekitar 5,7 persen populasi kita menderita diabetes, sebanyak 1,5 %
sudah terdiagnosa sebelumnya, sedangkan 4,2 % diantaranya belum tahu
bahwa dirinya diabetes. Oleh karenaitu, PERKENI (Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia) secara rutin melakukan edukasi kepada para
dokter dalam menegakkan diagnosis dan tatalakasana diabetes untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.” (Sumber: http://medicastore.com/berita/210/Ancaman_Penyakit_Diabetes_Pada_Wanita.html)
Gangguan Sistem Saraf pada Penderita HIV/AIDS
Pada tahun 2009 tercatat kurang lebih 2,5 juta penderita HIV baru,
dan angka ini terus meningkat hingga saat ini. Pada tahap lanjut,
infeksi HIV akan semakin menurunkan sistem kekebalan tubuh sehingga
muncul banyak gejala ringan maupun berat. Pada tahap ini, penderita
tersebut dikatakan mengidap AIDS atau Acquired Immunodeficiency Syndrome.
Selain menyerang sistem kekebalan tubuh,
virus HIV juga dapat mengganggu sistem saraf pusat manusia. Kelainan
ini dapat disebabkan virus HIV itu sendiri, atau terdapat infeksi
bakteri atau jamur yang menyerang organ otak. Akibat rusaknya sistem
imun yang berat, maka tubuh sama sekali tidak dapat melawan infeksi
mikroorganisme yang sebetulnya tidak berbahaya bagi orang normal.
Penelitian menunjukkan hampir 50% penderita HIV AIDS mengalami
gejala-gejala ringan hingga berat yang berkaitan dengan gangguan sistem
saraf. Gejala-gejala tersebut antara lain gangguan konsentrasi, hilang
ingatan, atau demensia. Pemeriksaan lanjutan seperti CT Scan atau MRI
perlu dilakukan pada penderita yang mengalami gangguan di sistem saraf
pusat untuk mengetahui penyebab kelainan yang dialami.
Selain menyerang sistem saraf pusat, virus HIV juga dapat mengganggu
sistem saraf perifer. Gangguan sistem saraf perifer ini juga bisa
bersifat ringan maupun berat. Rasa kebas di anggota gerak, rasa nyeri
atau rasa terbakar adalah gejala gangguan sistem saraf perifer yang
sering dijumpai pada penderita HIV AIDS.
Pengobatan
Saat ini banyak penemuan di bidang kedokteran yang berkaitan dengan
pengobatan HIV, namun belum ada obat yang dapat menyembuhkan infeksi HIV
secara total. Obat antiretroviral digunakan untuk menghambat replikasi
virus HIV di dalam tubuh namun obat ini tidak dapat menghancurkan semua
virus HIV yang ada. Dibutuhkan ketaatan minum obat yang tinggi agar obat
ini dapat bekerja seperti yang diharapkan. Usia harapan hidup penderita
HIV AIDS meningkat dengan ditemukannya obat ini.
Obat antiretroviral ini menurunkan angka kejadian kelainan sistem
saraf pada penderita HIV, namun tidak semua kelainan pada penderita HIV
AIDS dapat diatasi oleh obat antiretroviral. Pada beberapa kasus
dibutuhkan pengobatan yang lebih menyeluruh untuk mengatasi kelainan di
sistem saraf pusat.
Adanya gangguan sistem saraf pusat pada penderita HIV umumnya
menandakan bahwa penderita tersebut telah dalam tahap sakit yang berat.
Deteksi dini infeksi HIV melalui pemeriksaan darah merupakan salah satu
pilar dalam penatalaksanaan HIV. Bila infeksi HIV telah diketahui sejak
dini, maka dapat dilakukan beberapa cara untuk menghambat atau
memperlambat perjalanan penyakit HIV agar tidak berkembang ke arah yang
membahayakan jiwa.
Pencegahan
Pencegahan infeksi HIV yang terutama adalah dengan memiliki gaya
hidup sehat: tidak menggunakan narkoba suntik dan tidak melakukan
aktivitas seksual di luar pernikahan. Penyakit HIV
umumnya menular melalui kontak darah yang terinfeksi virus atau secara
vertikal dari ibu ke anak. Jika Anda memiliki faktor risiko terkena
infeksi virus HIV, maka pemeriksaan tes HIV merupakan langkah
selanjutnya yang harus Anda lakukan.(Sumber: majalahkesehatan.com)
Selasa, 14 Mei 2013
Percepatan Pencapaian MDGs di Sumatera Utara
Pada (26/4), Menkes melakukan kunjungan
kerja ke Provinsi Sumatera Utara. untuk melihat sejauhmana realisasi
percepatan pencapaian MDGs dan membantu seluruh jajaran kesehatan di
Sumatera Utara untuk mencapai MDGs pada tahun 2015.
Dalam kunjungan ini, Menteri Kesehatan
RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH didampingi Dirjen Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama,
Sp(K), Staf Ahli Menteri Bidang Pembiyaan dan Pemberdayaan Masyarakat,
dr. Yusharmen, D. Comm. H, M.Sc. dan Direktur Bina Upaya Kesehatan
Rujukan, dr. Chairul Radjab Nasution.
Dalam kunjungannya, Menkes menyampaikan
paparan target dan capaian MDGs tahun 2008-2012 yang sudah terealisasi
di Provinsi Sumatera Utara dihadapan Sekretaris Daerah Prov. Sumatera
Utara Nurdin Lubis, SH. MM, Kepala Dinas Provinsi Sumatera Utara, Dr.
Surjantini, M. Kes, serta Kepala Dinas Kota/Kabupaten se-Sumatera Utara.
Jumlah tenaga medis yang ada di Provinsi
Sumatera Utara meningkat. Pada tahun 2008 jumlah tenaga medis sebanyak
22,263 naik 26,605 pada tahun 2012. Namun demikian distribusinya belum
menyeluruh ke daerah-daerah yang ada di Sumut.
Jumlah Puskesmas di Prov Sumatera Utara
sebanyak 462 (Tahun 2008), bertambah menjadi 556 (Tahun 2012). Kondisi
ini, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan sarana prasarana kesehatan guna
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Target Balita yang ditimbang berat
badannya (D/S), pada tahun 2011 adalah 70% dan tercapai 68,7%,
sedangkan target tahun 2012 sebesar 80% dengan capaian 74,8%. Sementara
itu, presentase Balita gizi buruk yang mendapat perawatan target pada
tahun 2011 dan 2012 tercapai sesuai target 100%.
Presentase bayi usia 0-6 bulan yang
mendapat ASI Eksklusif tahun 2012 di Sumatera Utara masih sangat rendah,
yaitu 34,2% dari target 48%. Sementara itu, presentase ibu hamil yang
mendapat Fe 3, target tahun 2012 adalah 90% dengan capaian 76,0%.
Menurut Menkes yang perlu menjadi
perhatian Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara adalah meningkatnya
data kasus HIV-AIDS. Berdasarkan data Dinkes Sumut jumlah kasus HIV pada
tahun 2009 adalah 1096 kasus meningkat pada tahun 2012 yaitu 2189
kasus. Sementara kasus AIDS pada tahun 2009 yaitu 1553 kasus dan pada
tahun 2012 ada 4241 kasus. Lebih dari itu, angka kematian karena AIDS
pada tahun 2009 berjumlah 338 meningkat pada tahun 2012 menjadi 751.
Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS), pada tahun 2009 berjumlah 1845
kasus naik pada tahun 2012 yaitu 4212 kasus.
Jumlah ODHA yang memenuhi syarat terapi
ARV pada tahun 2009 berjumlah 1553 meningkat hingga 4241 pada tahun
2012. Jumlah ODHA yang sedang mendapatkan terapi ARV pada tahun 2009
yaitu 487 dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 1425, dan jumlah ODHA
yang telah mendapatkan terapi ARV pada tahun 2009 yaitu 1055 dan tahun
2012 berjumlah 3223.
Berita ini disiarkan oleh Pusat
Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk
informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor
hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021)
52921669, website www.depkes.go.id dan alamat e-mail
kontak@depkes.go.id.
Minggu, 12 Mei 2013
Menkes Serahkan Sertifikat Eliminasi Malaria Pertama di Indonesia
Menteri kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi,
Sp.A, MPH, didampingi Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp(K), MARS,
DTM&H, DTCE, menyerahkan sertifikat Eliminasi Malaria pertama di
Indonesia kepada jajaran Pemerintah Daerah dan Masyarakat Kabupaten
Administratif Kepulauan Seribu. Penghargaan diterima oleh Bupati
Administratif Kepulauan Seribu, H. Disyanto, didampingi Deputi Gubernur
DKI Bidang Pengendalian Kependudukan dan Permukiman, Dr. Syahrul
Effendi, SHMM, di Jakarta (25/4).
Dalam sambutannya, Menkes menyatakan
bahwa eliminasi Malaria adalah komitmen global yang disepakati pada
Sidang Majelis Kesehatan Sedunia atau World Health Assembly (WHA) 2007.
Mengutip data World Malaria Report 2012, dari 104 negara endemis
malaria, terdapat 79 negara yang diklasifikasikan berada dalam fase
pemberantasan Malaria, 10 negara dalam fase pre-eliminasi dan 10 negara
lainnya sudah berada dalam fase eliminasi.
Indonesia bertekad kuat mencapai
eliminasi Malaria. Mulai 2007, Indonesia secara bertahap akan mencapai
eliminasi Malaria. Selambat-lambatnya pada 2030, Indonesia ditargetkan
mencapai tahap eliminasi atau bebas malaria. Tahun ini, salah satu
wilayah yang telah mencapai tahap bebas Malaria adalah Kabupaten
Administratif Kepulauan Seribu. Menkes sangat mengharapkan kegiatan
surveilans Malaria di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dapat
dilakukan dengan baik, agar status eliminasi yang sudah tercapai tetap
terjaga.
“Keberhasilan ini merupakan bukti bahwa
kita mampu mengeliminasi malaria dari wilayah Indonesia. Saya yakin, di
tahun mendatang secara bertahap satu demi satu wilayah di Indonesia akan
bebas dari Malaria”, ujar Menkes.
Menkes mengatakan, masalah Malaria
merupakan masalah yang kompleks. Hal ini dikarenakan bahwa penyebaran
malaria berkaitan dengan masalah lingkungan, perubahan iklim, mobilitas
penduduk dan perilaku masyarakat.
“Karena itu, eliminasi Malaria harus
melibatkan semua komponen masyarakat, dilakukan secara persisten dan
terus-menerus, serta diarahkan pada sasaran yang tepat agar member hasil
optimal”, kata Menkes.
Dalam lima tahun terakhir, Angka
Kesakitan Malaria atau Annual Paracite Incidence (API) telah berhasil
diturunkan dari 1,96 per 1000 penduduk (2008) menjadi 1,69 per 1000
penduduk (2012). Upaya keras sangat dibutuhkan agar Indonesia dapat
menurunkan angka API sesuai dengan target Millenium Development Goals
(MDGs) 2015 yaitu 1 per 1000 penduduk. Data menunjukkan, sebanyak 17
dari 33 Provinsi yang memiliki nilai API < 1 per 1000 penduduk.
Selanjutnya, 10 Provinsi lainnya memiliki nilai API diantara 1-5 per
1000 penduduk. Sementara 6 Provinsi lainnya, memiliki nilai API > 5
per 1000 penduduk, bahkan ada provinsi yang memiliki nilai API > 50
per 1000 penduduk.
Penyerahan sertifikat Eliminasi Malaria
merupakan salah satu kegiatan dari rangkaian Puncak Peringatan Hari
Malaria Sedunia (HMS) 2013 yang bertema global “Invest in the Future,
Defeat Malaria” dengan tema nasional “Bebas Malaria Investasi Masa Depan
Bangsa”. Kegiatan tersebut, dihadiri oleh Acting WHO Representative
Indonesia, Dr. Mochammad Akhtar; Team Leader Malaria dari WHO Indonesia,
Anand Joshi; UNICEF Representative Indonesia, Angela Kearney; Deputi
Gubernur DKI Jakarta Bidang Pengendalian Penduduk dan Permukiman, Dr.
Syahrul Effendi, SHMM; perwakilan dari Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Dalam Negeri, USAID, dan
CDC Indonesia; serta para Kepala Dinas Kesehatan dari berbagai Provinsi
di Indonesia.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan e-mail kontak@depkes.go.id
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan e-mail kontak@depkes.go.id
Kamis, 02 Mei 2013
POHUWATO SEHAT 2015
VISI & MISI PUSKESMAS PAGUAT
VISI :
Menjadikan Masyarakat Paguat Sehat dan Berkeadilan Tahun 2015.
MISI :
- Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat Untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat.
- Meningkatkan Cakupan Penggunaan Sarana Kesehatan.
- Meningkatkan Kerja Sama Dengan Lintas Sektoral.
- Mengupayakan Pemerataan Pelayanan Kesehatan di seluruh Wilayah Kerja Puskesmas Paguat
- Memberikan Pelayanan Prima Sesuai Dengan Profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Peta Wilayah
19.15
No comments
Batas - Batas Wilayah :
1. Timur --> Kab. Boalemo
2. Utara --> Buol Toli-Toli
3. Selatan --> Teluk Tomini
4. Barat --> Kecamatan Marisa
Puskesmas Paguat mempunyai wilayah kerja yaitu 3 Kelurahan dan 8 Desa.
Undang-Undang Kesehatan
15.44
No comments
Rabu, 01 Mei 2013
Langganan:
Postingan (Atom)