Diabetes meskipun lebih sering terjadi pada pria, tetapi bisa juga
dialami oleh wanita. Sebenarnya gejala penyakit diabetes pada pria &
wanita sama saja, yaitu meliputi mudah lelah & mengantuk, banyak
minum, sering berkemih dll. Tetapi ada satu gejala khusus yang dialami
oleh wanita yaitu keputihan berulang. Bila mengalami keputihan berulang,
maka bisa dicurigai kearah diabetes. Keputihan berulang ini bisa
mengakibatkan timbulnya infeksi saluran kemih yang berulang & bisa
berakibat buruk untuk ginjal. Demikian hal tersebut terungkap pada acara
press release tentang kongres regional ASEAN Federation of Endocrine Societies (AFES) yang ke 17 di Jakarta, yang berlangsung pada hari Senin, 13 Mei 2013 kemarin.
Pembicara & moderator pada acara press release tentang kongres regional ASEAN Federation of Endocrine Societies (AFES) yang ke 17 di Jakarta
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, dr.Dyah Purnamasari, SpPD
yang menjabarkan tentang diabetes pada wanita mengemukakan, “Masalah DM
pada wanita semakin meningkat. Meski masih dalam rentang usia reproduksi
(belum menopause), wanita bisa berisiko sama dengan laki-laki untuk
mengalami gangguan risiko penyakit jantung seperti diabetes, hipertensi,
dislipidemia, bila memiliki gaya hidup kurang baik yang ditandai dengan
kelebihan berat badan dan lingkar perut yang bertambah (obesitas
sentral). Hormon wanita yang merupakan pelindung bagi wanita pre
menopause dari gangguan penyakit jantung dan pembuluh darah, tidak akan
bisa berfungsi melindungi bila wanita tersebut memiliki obesitas.”
“Pada fase kehamilan”, ia melanjutkan, “Dokter harus dengan jeli
memeriksa diabetes yang dialami pasien, apakah pasien memang penderita
diabetes atau hanya mengalami diabetes pada saat kehamilan yang biasa
disebut diabetes gestasional. Jika memang merupakan penderita diabetes
sejak awal, maka pada saat kehamilannya, obat oral yang diberikan
sebaiknya dikonversikan dengan insulin. Pada kasus diabetes gestasional,
maka dokter akan memberikan terapi nutrisi medik selama awal kehamilan,
yaitu sekitar 2-4 minggu. Jika tidak mencapai target kendali gula
darah, maka akan diberikan suntik insulin yang akan dihentikan setelah
proses melahirkan. Biasanya kasus diabetes gestasional akan berulang
pada kehamilan berikutnya mengingat bertambahnya usia ibu. Wanita hamil
dengan diabetes harus melakukan kendali diabetesnya supaya tidak terjadi
kelahiran bayi dengan berat badan berlebih (giant baby).”
“Pada saat proses kelahiran, dokter harus berhati-hati dalam
memutuskan cara lahir normal atau operasi caesar. Penting untuk
diperhatikan apakah terdapat komorbiditas diabetes, yaitu hipertensi,
kadar kolesterol yang tinggi dan sindrom metaboliklannya. Dianjurkan
untuk melahirkan dengan pengawasan dokter ahli. Apabila harus dilakukan
operasi, maka harus dilakukan kontrol terhadap luka pasca operasi. Tidak
akan menjadi masalah apabila luka bersih, tekanan darah terkontrol
dengan baik dan nutrisi yang dikonsumsi juga baik”, tambahnya.
“Selanjutnya, kontrol dan edukasi juga harus dilakukan dengan
seksama oleh dokter kepada pasien ketika bayi sudah dilahirkan. Evaluasi
kesehatan bayi bisa dilakukan melalui proses rawat bersama dokter
kebidanan, dokter anak dan dokter penyakit dalam. Pada kasus bayi dengan
ibu penyandang diabetes, memang terdapat risiko bayi akan menderita
obesitas namun dengan edukasi dan kontrol yang baik, seperti memberikan
ASI eksklusif, mengatur nutrisi bayi, membiasakan bayi aktif dan diberi
makanan sehat, masalah obesitas dapat dihindari,” ujarnya.
“Wanita diabetes juga harus berhati-hati agar tidak terjangkit
infeksi, seperti infeksi saluran kemih. Menjaga kebersihan daerah intim
merupakan salah satu hal yang penting dilakukan. Pada fase kehamilan
infeksi ini dapat mengakibatkan kontraksi sebelum waktunya” ditekankan
dr.Dyah.
Wanita dengan diabetes dalam melakukan aktivitas sehari-hari sangat
dianjurkan untuk melakukan kontrol gula darah secara rutin, check up
secara teratur, mengaplikasikan pola hidup sehat serta tetap aktif dan
percaya diri. Dalam kaitannya dengan beberapa fase kehidupan wanita,
seperti menstruasi, kehamilan, menyusui serta menopause, mereka harus
mewaspadai beberapa hal serta selalu melakukan konsultasi dengan dokter.
Berdasarkan data Riskesdas 2007, diabetes pada wanita menempati urutan
pertama penyebab kematian yaitu sebesar 16,3% dan pada pria menempati
urutan keenam sebesar 6%.
“Di Indonesia,” kata Dr.Imam, “Masalah keterlambatan diagnosis
diabetes masih kerap kita temui di lapangan. Di samping itu, jumlah
tenaga ahli endokrin kita yang sangat kurang dibandingkan dengan
populasi penderita diabetes di Indonesia. Riskesdas 2007 mencatat
sekitar 5,7 persen populasi kita menderita diabetes, sebanyak 1,5 %
sudah terdiagnosa sebelumnya, sedangkan 4,2 % diantaranya belum tahu
bahwa dirinya diabetes. Oleh karenaitu, PERKENI (Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia) secara rutin melakukan edukasi kepada para
dokter dalam menegakkan diagnosis dan tatalakasana diabetes untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.” (Sumber: http://medicastore.com/berita/210/Ancaman_Penyakit_Diabetes_Pada_Wanita.html)
0 komentar:
Posting Komentar